OBJEK WISATA RIAU

Hitam Itu Aku?? Juarai Festival Film Pendek DKR

PEKANBARU (RP)-Dewan Pengamat Festival Film Pendek/Dokumenter Dewan Kesenian Riau (DKR) Hartanto MSn dan Subagio SSn menilai, sepuluh karya yang masuk ke meja panitia masih perlu diasah secara intens.

Pasalnya, secara tema, kualitas teknis, struktur, gaya bertutur, editing dan suara yang dihasilkan belum maksimal. Meski menurun secara kualitas, namun upaya untuk menghasilkan sebuah karya tetap dilakukan para sineas lokal.

Parlindungan (Pekanbaru) yang menyertakan karyanya berjudul Hitam Itu Aku berhasil menjuarai festival yang digelar Komite Film DKR. Menyusul Jefri Al Malay (Bengkalis) bertajuk Apo Can dan Candi Sintong Dipugar, Legenda Memudar (dokumenter) karya Junaidi Usman (Rohil) di tempat ketiga.

Karya-karya ini, merupakan tiga karya yang dianggap layak oleh dewan pengamat menjadi pemenang pada festival yang diumumkan, Ahad (8/11) di Gedung DKR Komplek Bandar Serai, Pekanbaru.

“Tiga karya yang menang ini lumayan mewakili seluruh kriteria yang kami nilai. Meski karya-karya itu belum maksimal namun kami sangat apresiatif sebab sineas Riau sedikit banyaknya mau mencipta,” ulas Subagio kepada Riau Pos, usai pengumuman pemenang.

Ditambahkan Subagio, upaya DKR melaksanakan festival secara rutin setiap tahunnya jelas sangat bagus, minimal menanamkan keinginan kuat para sineas untuk berbuat dan menggali potensi diri. Selain itu, jumlah peserta yang katanya menurun, tidak menjadi persoalan. Sebab sepuluh karya sudah cukup bagus dalam festival tingkat daerah. Apalagi, peserta tidak hanya dari ibu kota Riau tapi dari berbagai kabupaten/kota.

Sementara itu, Ketua Umum DKR Eddy Akhmad RM tidak terlalu mempersoalkan apakah secara kuantitas karya yang masuk menurun. Sebab pelaksanaan kegiatan terjadi dalam kondisi peliknya keuangan DKR jauh lebih baik ketimbang itu. Paling tidak, DKR tidak akan patah arang karena minimnya dana untuk menggelar iven-iven tahunan, walaupun tidak ada dana dari pemerintah sama sekali.(fed/esi)
http://www.sagangonline.com/index.php?sg=full&id=168&kat=16

Anugrah Sagang 2010

Snggar Lisendra Dua terbilang Universitas Islam Riau. Kembali masuk kedalam KATEGORI INSTITUSI ATAU LEMBAGA SENI BUDAYA PILIHAN SAGANG 2010.
Setelah gagal mendapat Anugrah Sagang dengan kategori yang sama di tahun 2009. Kini Sanggar LDT UIR kembali masuk ke kategori tersebut. Ada pun daftar KATEGORI INSTITUSI ATAU LEMBAGA SENI BUDAYA PILIHAN SAGANG 2010 adalah:



NAMA LEMBAGA JENISALAMAT
1.GALIGOSanggar KesenianSMAN 2 Bangkinang
2.Lembaga Pengkajian dan Pengembangan UINLembaga Penelitian / PenerbitanUIN SUSKA Pekanbaru
3.Lisendra Dua TerbilangSanggar KesenianUIR Pekanbaru
4.Mara Art ExplorerSanggar KesenianPekanbaru
5.Sri GemilangSanggar KesenianIndragiri Hilir


Selengkapnya baca di: http://www.sagangonline.com/anugerah2010/

Mari Mengenal Seni Teater

Teater Tradisional

Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah.[6]
Gambar ini merupakan Museum Wayang

- Ketoprak dari Yogyakarta
- Ludruk dari Surabaya
- Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta
- Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi
- Mamanda dan Wayang Gong dari Kalimantan Selatan
- Mak Yong dan Mendu dari Riau
- Masres dari Indramayu
- Randai dari Sumatera Barat
- Dulmulk dari Sumatera Selatan
- Bangsawan dari Sumatera Utara
- Anak Ari dari Nusa Tenggara
- Arya Barong Kecak dari Bali

Ciri-ciri Teater Tradisional

Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut [7]:
1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah),
2. Pementasan sederhana,
3. Ceritanya turun temurun.[8]

Teater Modern

Teater Modern adalah cerita yang bahannya dari kejadian-kejadian sehari-hari, atau karya sastra.[9]
contoh Teater Modern :
a. drama
b. teater
c. sinetron
d. film

Ciri-ciri Teater Modern

- Panggunga tertata
- Ada pengaturan jalan cerita
- tempat panggung tertutup

Kelompok dan sutradara

Kelompok teater modern dan sutradara [10]:
1. Teater Gandrik : Jujuk Prabowo
2. Teater Garasi : Yudi Ahmad Tajudin
3. Teater Koma : N. Riantiarno
4. Bengkel Teater : WS Rendra
5. Teater Kecil : Arifin C. Noor dan lain-lain

Unsur-unsur Teater

Unsur-unsur dalam teater antara lain [11]

1. Naskah/Skenenario

Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang duicapkan.

2. Skenario

Skenario merupakan nsakah drama (besar) atau film, yang isinya lengkap, seperti : keadaan, properti, nama tokoh, karakter, petunjuk akting dan sebagainya.[12] Tujuan dari naskah/skenario untuk sutradara agar penyajiannya lebih realistis.[rujukan?]

3. Pemain/Pemeran/Tokoh

Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu pada film/sinetron biasa disebut aktris/aktor.[13]

Macam-macam peran [14]:
a. Peran Utama
Peran Utama Yaitu peran yang menjadi pusat perhatian penonton dalam suatu kisah
b. Peran Pembantu
Peran Pembantu Yaitu peran yang tidak menjadi pusat perhatian
c. Peran Tambahan/Figuran
Figuran Yaitu peran yang diciptakan untuk memperkuat gambar suasana

4. sutradara

Sutradara merupakan orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater/drama/film/sinetron.[15]

5. Properti

Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan drama atau film.[16] Contohnya : kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain

6. Penataan

Seluruh pekerja yang terkait dengan pendukung pementasan teater, antara lain[17]: a. Tata Rias
Tata Rias adalah cara mendadndani pemain dalam memerankan tokoh teater agar lebih meyakinkan
b. Tata Busana
Tata Busana adalah pengaturan pakaina pemain agar mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya : pakaian sekolah lain dengan pakaian harian
c. Tata Lampu
Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung
d. Tata Suara
Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara
e. Tata Pentas
Tata Pentas adalah seting, komposisi properti agar efektif mendukung pentas
f. Pentas/Panggung

7. Penonton

Penonton adalah undur dalam pementasan drama/teater/sandiwara atau film karena sebagai saksi dari hasil akhir kerabat kerja.[18] Penonton sebagai evaluator yang mengapresiasi dan menilai hasil karya seni yang dipentaskan.[19] Bentuk karya seni akan sia-sia jika tidak memiliki penikmat karya.[rujukan?] Pada setiap pementasan seni pasti ada penonton.[rujukan?] Penonton menonton untuk menghibur hatinya dan bagi senimannya bisa sebagai evaluator dari karyanya.[20]

Referensi

  1. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  2. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  3. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  4. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  5. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  6. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  7. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  8. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  9. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  10. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  11. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  12. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  13. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  14. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  15. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  16. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  17. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  18. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  19. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
  20. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya, penerbit : Swadaya Murni
Sumber : http://id.wikipedia.org/

    Sekapur Sirih Sanggar Lisendra Dua Terbilang Universitas Islam Riau

    Sanggar Lisendra Dua Terbilang Universitas Islam Riau (LDT UIR) adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang seni ? di bawah naungan Universitas Islam Riau. Sanggar LDT UIR mulai berdiri pada tanggal 11 Februari 2001, yang didirikan oleh Parlindungan yang pada masa itu sebagai mahasiswa Fakultas Hukum UIR angkatan 1999. Pada awal berdirinya sanggar yang bergerak di dunia seni film, teater, sastra, musik dan tari ini, belum memiliki sekretariat untuk latihan ataupun tempat berkumpul.
    Pada masa itu, setiap anggota LDT akan melakukan latihan berpindah-pindah ke tiga tempat, yakni di aula Fakultas Hukum UIR, kemudian di purna MTQ, dan di Taman Budaya Provinsi Riau. Kemudian pada tahun 2004 barulah LDT UIR memiliki ruang kesekretariatan sendiri bertempat di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Islam Riau lantai II. Ruang sekretariat ini atas perjuangan H.M Husnu Abadi yang kebetulan beliau adalah Pembina I LDT UIR.

    Semenjak berdirinya sanggar LDT UIR, banyak kegiatan seni yang diikuti, baik itu teater, sastra, tari dan juga film. Selama ini, LDT UIR selalu aktif mengikuti berbagai kegiatan seni baik yang diselenggarakan di dalam Riau maupun luar Riau. Kegiatan rutin setiap tahunnya, yakni minimal 2 menggarap teater, 3 produksi film, dan sejak tahun 2008 ini, minimal akan menerbitkan 2 buah karya sastra dalam bentuk buku.

    Hingga saat ini, LDT UIR menjadi sebuah kelompok yang anggotanya mempunyai jiwa-jiwa seni. Hal ini terbukti sampai saat ini anggota LDT UIR masih cukup serius dalam berkegiatan seni, terutama di bidang teater, sastra maupun film. Saat ini saja sedikitnya 17 film sudah dibuahkan oleh sanggar seni yang tetap solid mempertahankan bentuk kesenian dan kebudayaan di Riau, baik film cerita pendek, cerita panjang, dokumenter, dan profil.

    Kemudian ada tiga buku sastra sudah dibukukan yang semuanya merupakan hasil karya anggota LDT UIR. Lalu hasil garapan teater sejak berdirinya sanggar ini, sedikitnya 10 produksi sudah ditontonkan ke halayak ramai, baik di dalam Riau maupun di tingkat nasional.

    Di tahun 2004 silam, Parlindungan, pendiri LDT UIR menerbitkan kumpulan sajak antologi tunggalnya yang berjudul ?Tak-Kan? terbitan Yayasan Pusaka Riau. Kemudian di tahun 2008 LDT menerbitkan kumpulan sajak antologi bersama dengan judul ?Berkata Kita?, terbitan Unri Press. Lalu di tahun 2009 ini kembali menerbitkan buku sastra berupa kumpulan cerita pendek antologi bersama dengan judul ?Bercerita Kita? terbitan Unri Press. Lalu akan terbit kumpulan naskah drama karya Parlindungan dengan judul ?Negeri Lancang Merdeka? terbita Unri Press.

    Prestasi lain pada tahun 2005, sanggar LDT UIR mendapat juara pertama dalam sayembara film pendek tingkat Riau yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Riau (DKR) dengan judul film Delapan Tujuh, sutradara Parlindungan. Tahun 2006, LDT UIR mempertahankan gelar juaranya menjadi juara pertama pada event yang sama dengan judul film Sampai Mati juga sutradara Parlindungan. Sementara itu di tahun 2008, LDT UIR kembali meraih juara dan harus puas mendapat predikat ketiga pada event yang serupa, dengan judul film Syair Daun Teh, yang juga di sutradarai oleh sineas muda Riau, Parlindungan. Dari prestasi itu dan berkat keseriusan dari anggota LDT UIR, menjadikan nama sangar ini dikenal di Riau, terutama di kalangan seniman saat ini.


    Sejarah Dan Perkembangan Sanggar Lisendra Dua Terbilang

    Awal dari keinginan Parlindungan, salah seorang mahasiswa Fakultas Hukum UIR yang mempunyai jiwa seni untuk membuat suatu wadah kesenian di tingkat fakultas, yang dinamai dengan LDT Fakultas Hukum UIR. Pada saat itu beranggotakan 5 orang yang kesemuanya mahasiswa Fakultas Hukum UIR. Organisasi ini langsung diketuai oleh Parlindungan.

    Seiring berjalannya waktu, hingga tiga bulan dari berdirinya wadah kesenian tersebut, Ketua LDT, Parlindungan, di undang untuk audiensi dengan Pak H.M. Husnu Abadi, (pada saat itu sebagai Pembantu Rektor III UIR). Husnu Abadi menginginkan, agar wadah kesenian tersebut di jadikan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di tingkat universitas bukan lagi di tingkat fakultas.

    Pada tanggal 11 Februari 2001, dinyatakan secara resmi sebuah wadah kesenian di bawah naungan Universitas Islam Riau yang dinamai Sanggar Teater Lisendra Dua Terbilang. Kemudian dibuat AD/ART untuk diserahkan kepada rektor sebagai pengesahan dan di SK-kan. Ketika sanggar ini sudah menjadi sebuah UKM seni, jumlah anggota mulai bertambah. Berdasarkan surat keputusan dari Rektor Universitas Islam Riau menjadi sebuah UKM yang bergerak dalam pengembangan bakat dan jiwa kreativitas seni, terutama pada bidang seni teater, sastra, tari dan film.


    Motto, visi dan misi Sanggar Lisendra Dua Terbilang.

    1. Motto

    Motto Sanggar LDT UIR adalah sesuai dengan asal terbentuknya sanggar dengan nama Lisendra Dua Terbilang, yaitu Lingkar Seni dan Drama. Artinya, di dalamnya terdapat orang-orang seni yang terus berkarya baik itu pada seni teater, film, sastra, musik, dan tari.

    2. Visi dan Misi
    Visi Sanggar LDT UIR adalah, Ingin Menjadikan Sanggar yang Tetap Eksis dalam Berkarya dan Menjadikan Sanggar Percontohan di Indonesia.
    Sedangkan Misinya adalah, Menjalankan Program-program yang Dapat Menunjang dan Tercapainya Sanggar LDT UIR Menjadi Sanggar Percontohan di di Indonesia.
    Untuk mencapai Visi dan Misi ini yang dilakukan LDT adalah :
    • Menyelenggarakan Anugerah Seniman Kampus se-Riau yang diselenggarakan sekali dalam setahun;
    • Penerbitan buku sastra karya anggota LDT UIR minimal 2 kali dalam setahun;
    • Produksi film, minimal 2-3 film dalam setahun;
    • Produksi teater, minimal 2 teater dalam setahun;
    • Rutin tiap tahunnya mengikuti berbagai event seni, baik perlombaan maupun partisipasi;
    • Mengadakan latihan seni secara rutin di setiap minggunya;
    • Mengadakan Kemah Teater tiap tahun;
    • Mengadakan Panggung Puisi Remaja si setiap tahunnya;
    • Mengikuti festival teater dan film setiap tahunnya;
    • Mengikuti workshop seni baik itu film, teater, maupun sastra;
    • Mengadakan kaderisasi untuk menjadi anggota LDT berjiwa pemimpin dan mencintai kesenian dan kebudayaan Melayu.